Jakarta – Hukuman terhadap mantan jaksa Kejaksaan Negeri Jakarta Barat, Azam Akhmad Akhsya, diperberat dari tujuh menjadi sembilan tahun penjara. Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta menolak banding yang diajukan Azam dalam kasus penggelapan barang bukti robot trading Fahrenheit. Putusan banding dibacakan dalam sidang terbuka di PT DKI Jakarta, Kamis (11/9/2025).
Majelis hakim banding yang diketuai Teguh Harianto dengan anggota Budi Susilo dan Hotma Maya Marbun memutuskan mengubah vonis sebelumnya dari Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat Nomor 48/Pid.Sus-TPK/2025/PN Jkt Pst, tanggal 8 Juli 2025. Hakim menyatakan pidana penjara dan pembebanan uang pengganti yang dijatuhkan terhadap Azam layak diperberat.
“Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Azam Akhmad Akhsya, S.H., M.H. berupa pidana penjara selama 9 tahun dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan dan pidana denda sebesar Rp500 juta subsider lima bulan kurungan,” ujar hakim dalam putusannya.
Selain pidana penjara dan denda, Azam diwajibkan membayar uang pengganti Rp11,7 miliar. Jika harta bendanya tidak mencukupi, maka diganti dengan pidana kurungan selama lima tahun. Hakim menegaskan uang pengganti itu merupakan “uang pengertian” yang diminta Azam kepada para kuasa hukum korban investasi bodong robot trading Fahrenheit.
“Mengingat dalam fakta persidangan ditemukan bahwa Terdakwa telah memperoleh uang dari hasil gratifikasi dengan cara meminta ‘uang pengertian’ kepada para kuasa hukum korban sejumlah Rp11,7 miliar, di mana uang tersebut bukanlah hak Terdakwa karena diperoleh dengan cara melawan hukum,” ucap hakim.
Hakim membeberkan Azam memanfaatkan uang hasil gratifikasi untuk kepentingan pribadi. Di antaranya membeli asuransi, deposito, tanah, dan bangunan. Ia juga memasukkan 137 korban fiktif dalam putusan dengan memanipulasi dokumen. “Terdakwa berinisiatif mencari keuntungan finansial dan menanyakan kepada saksi Brian Erick First Anggitya pada awal persidangan tahun 2022 apakah ada sesuatu atau uang yang diberikan di depan kepada Terdakwa,” jelas hakim.
Azam bahkan menyembunyikan penerimaan uang melalui rekening penampungan atas nama Andi Rianto, pegawai honorer Kejari Jakarta Barat, untuk kemudian digunakan membiayai berbagai pembelian pribadi.
Sebelumnya, Azam divonis tujuh tahun penjara oleh Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat karena terbukti menyalahgunakan kewenangan sebagai jaksa dan merugikan para korban investasi bodong Fahrenheit. PT DKI Jakarta menilai perbuatan Azam telah mencoreng nama baik dan integritas aparat penegak hukum yang semestinya melindungi hak-hak korban. (*)