Surabaya – Dampak dari rentetan kerusuhan di sejumlah wilayah Jawa Timur selama beberapa pekan terakhir mencapai level yang mencemaskan. Tak hanya menyebabkan korban luka-luka, aksi anarkis yang melibatkan pembakaran, penjarahan, dan perusakan fasilitas umum itu menyebabkan kerugian material hingga Rp256 miliar.
Polda Jatim merinci, dari total kerugian tersebut, sebesar Rp42,2 miliar dialami institusi Polri, sementara sisanya – Rp214,1 miliar – menjadi beban pemerintah daerah.
“Dana sebesar itu seharusnya bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan pelayanan masyarakat. Sangat disayangkan bila justru habis untuk memperbaiki fasilitas yang dirusak akibat perbuatan anarkis,” tegas Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto, saat konferensi pers di Mapolda Jatim, Kamis (18/9/2025).
Tak hanya kerusakan fisik, kerusuhan yang terjadi dalam rentang waktu 29 Agustus hingga 16 September 2025 itu juga memakan korban. Data Polda Jatim mencatat 111 warga sipil terluka, 105 personel Polri, dan 12 anggota TNI terluka akibat lemparan batu, bom molotov, hingga serangan fisik dari massa.
Dalam waktu kurang dari tiga pekan, aparat kepolisian telah mengamankan 997 orang yang diduga terlibat dalam kerusuhan di 10 kota/kabupaten di Jawa Timur. Dari jumlah itu, 682 orang dipulangkan usai mendapatkan pembinaan, sementara 315 sisanya tengah menjalani proses hukum.
“Kami memilah dengan hati-hati, terutama terhadap anak di bawah umur. Mereka kami kembalikan ke orang tua masing-masing agar mendapat pengawasan lebih baik,” ungkap Irjen Nanang.
Dirreskrimum Polda Jatim, Kombes Pol Widi Atmoko, menambahkan bahwa pengungkapan kasus difokuskan di empat wilayah besar, yaitu Polresta Sidoarjo, Polresta Malang Kota, Polres Kediri Kota, dan Polres Jember. Polisi juga menyita sejumlah barang bukti dari para pelaku, mulai dari puluhan bom molotov, batu, sepeda motor, hingga buku-buku bermuatan paham anarkisme.
Dalam kesempatan yang sama, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Jules Abraham Abast menegaskan bahwa proses hukum tak hanya berhenti pada pelaku lapangan. Polisi kini sedang memburu siapa pun yang terlibat sebagai aktornya di balik layar.
“Kami akan memburu aktor intelektual yang mendalangi kerusuhan ini. Jejak digital tidak bisa dihapus, dan tim kami sudah mengantongi sejumlah bukti,” ujar Kombes Jules.
Kapolda Jatim pun mengajak masyarakat menjaga situasi tetap damai dan tidak mudah terpancing dengan konten-konten provokatif yang berseliweran di media sosial.
“Mari kita jaga Jawa Timur tetap aman. Bila ada informasi yang meresahkan, segera laporkan ke pihak berwenang,” pungkasnya.
Aksi anarkis merugikan semua pihak. Polisi menegaskan zero tolerance terhadap siapa pun yang mencoba memecah ketertiban umum.