NABIRE, BARA NEWS — Gempa bumi tektonik bermagnitudo 2,8 mengguncang wilayah Kabupaten Nabire, Papua Tengah, pada Sabtu (26/7/2025) pagi. Getaran gempa dirasakan warga, meski berlangsung singkat dan tidak menyebabkan kerusakan infrastruktur. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan gempa tersebut berjenis dangkal akibat aktivitas sesar aktif di daratan.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima dari Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V di Jayapura, guncangan terjadi pukul 08.38 Waktu Indonesia Timur (WIT), dengan pusat gempa berada pada koordinat 3,39° Lintang Selatan dan 135,52° Bujur Timur. Episenter terletak di darat, sekitar 3 kilometer tenggara Kota Nabire, pada kedalaman 32 kilometer.
“Gempabumi ini tergolong dangkal dan bersumber dari aktivitas sesar aktif yang ada di wilayah daratan Nabire. Karakteristik ini sesuai dengan pola kegempaan yang cukup sering terjadi di kawasan tersebut,” kata Kepala Balai Besar MKG Wilayah V, Yustus Rumakiek, S.Si, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu pagi.
Meski kekuatannya relatif kecil, getaran gempa sempat dirasakan sejumlah warga, terutama mereka yang sedang berada di dalam rumah. Berdasarkan laporan masyarakat yang diterima BMKG, guncangan dirasakan pada skala intensitas II MMI (Modified Mercalli Intensity), yaitu getaran dirasakan oleh beberapa orang, terutama di dalam ruangan, namun tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Salah seorang warga Kelurahan Siriwini, Kota Nabire, mengaku sempat merasakan getaran ringan saat sedang duduk di ruang tengah rumahnya. “Seperti ada suara getaran di lantai, kursi juga sedikit bergeser. Tapi hanya sebentar, sekitar dua detik saja,” ujar Maria Yom, 42 tahun, yang mengaku awalnya sempat mengira itu suara kendaraan berat.
BMKG menegaskan bahwa hingga pukul 09.56 WIT, belum tercatat adanya aktivitas gempa susulan atau aftershock. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak mudah terpancing informasi menyesatkan yang beredar di media sosial.
“Periksa kembali kondisi bangunan rumah atau gedung tempat tinggal. Jika ada keretakan pada dinding atau struktur utama, sebaiknya tidak langsung kembali ke dalam ruangan sebelum dipastikan aman,” ujar Rumakiek.
Wilayah Nabire dikenal sebagai salah satu kawasan yang aktif secara tektonik di Tanah Papua. Letaknya yang berdekatan dengan zona tumbukan lempeng mikro Papua dan Lempeng Pasifik membuat wilayah ini rentan terhadap aktivitas seismik, baik di darat maupun laut.
Dalam lima tahun terakhir, kawasan ini telah mengalami beberapa kali gempa, meski mayoritas berkekuatan rendah. Namun demikian, sejarah mencatat pernah terjadi gempa signifikan pada tahun 2004 dan 2009 yang menyebabkan kerusakan bangunan dan korban jiwa.
Pakar geologi dari Universitas Cenderawasih, Dr. Oktavianus Yikwa, menyebut pentingnya penguatan sistem mitigasi bencana di kawasan seperti Nabire. “Bangunan rumah tinggal harus dirancang tahan gempa, dan masyarakat perlu terus diberikan edukasi mengenai cara evakuasi dan kesiapsiagaan bencana,” ujar Yikwa saat dihubungi Kompas.
BMKG juga mengingatkan bahwa meskipun gempa kali ini tidak berdampak serius, masyarakat tetap perlu waspada terhadap potensi gempa yang lebih besar. Ketidaksiapan atau kurangnya informasi akurat kerap menjadi pemicu kepanikan yang lebih merugikan.
“Jika berada di dalam ruangan saat terjadi gempa, lindungi kepala dan leher dengan tangan atau benda lunak seperti bantal, dan berlindung di bawah meja yang kokoh. Jika berada di luar, hindari berdiri dekat bangunan tinggi, pohon, atau tiang listrik,” ujar Yustus.
Masyarakat disarankan hanya mempercayai informasi resmi dari BMKG yang disiarkan melalui kanal komunikasi resmi dan media terpercaya. Setiap informasi yang beredar melalui pesan berantai sebaiknya diverifikasi kebenarannya sebelum diteruskan.
BMKG akan terus melakukan pemantauan terhadap aktivitas seismik di wilayah Papua Tengah dan sekitarnya, serta menginformasikan setiap perkembangan yang relevan secara berkala. (*)