BATAM | Kepolisian Daerah Kepulauan Riau (Polda Kepri) tengah menyelidiki dugaan kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang terjadi di Kabupaten Karimun dan Kota Batam. Sejumlah pelajar dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program bantuan pangan yang digulirkan pemerintah tersebut.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Kepri, Komisaris Besar Polisi Silvester Mangombo Marusaha Simamora, membenarkan bahwa pihaknya telah menurunkan tim dari Subdirektorat IV Industri, Perdagangan, dan Investasi (Indagsi) untuk mendalami penyebab kejadian.
“Ya, tim sedang melakukan penyelidikan terkait penyebabnya,” ujar Silvester, Senin (29/9/2025), dikutip dari Batam Pos.
Kasus dugaan keracunan pertama kali terdeteksi di SMP Negeri 2 Karimun pada Kamis (25/9). Sebanyak 15 siswa mengalami gejala mual dan muntah usai menyantap makanan MBG. Insiden serupa juga ditemukan di SD Negeri 016 Sagulung, Kota Batam.
Menurut Kepala Subdit IV Indagsi Polda Kepri, Ajun Komisaris Besar Polisi Ruslaeni, tim Ditreskrimsus telah mengambil alih proses penyelidikan dari Kepolisian Resor Karimun sejak Sabtu (27/9). Sejumlah tahapan telah dilakukan untuk menelusuri asal muasal dugaan pencemaran makanan.
“Kami sudah lakukan klarifikasi terkait kasus tersebut, mulai dari penyedia dapur MBG, pemilik yayasan, hingga pihak sekolah,” ujarnya.
Selain meminta klarifikasi kepada berbagai pihak, tim penyidik juga melakukan inspeksi langsung ke dapur penyedia makanan di Karimun, bersama petugas Dinas Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Berdasarkan rekomendasi awal, dapur tersebut untuk sementara diminta menghentikan kegiatan operasionalnya.
“Penutupan dilakukan sampai hasil uji laboratorium keluar dan investigasi dari Satuan Tugas Pangan Pusat selesai,” kata Ruslaeni.
Kepala Polda Kepri, Inspektur Jenderal Polisi Asep Safrudin, mengatakan kasus ini menjadi perhatian serius pihak kepolisian. Ia menegaskan sejak awal telah memberi instruksi agar pengawasan terhadap distribusi makanan bergizi gratis dilakukan secara menyeluruh.
“Pengawasan harus dilakukan dari dapur hingga ke siswa penerima,” ujarnya.
Hingga saat ini, uji laboratorium terhadap sampel makanan masih berlangsung. Polisi menunggu hasil tersebut untuk memastikan penyebab pasti dugaan keracunan.