Somasi Kedua Mengguncang Dinasti Sinarmas: Dua Anak Tuntut Keadilan, Bongkar Dugaan Pemalsuan Wasiat dan Penggelapan Triliunan Warisan Eka Tjipta Widjaja

baraNews

Sabtu, 26 Juli 2025 - 07:46 WIB

50214 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto Khusus/Dokumen

Foto Khusus/Dokumen

JAKARTA — Aroma konflik itu mulai tercium sejak wasiat dibuka. Tapi kini, bara itu menyala menjadi api terbuka. Sengketa warisan mendiang Eka Tjipta Widjaja, pendiri kerajaan bisnis raksasa Sinarmas Group, memasuki babak baru yang penuh ketegangan. Dua pria yang mengaku sebagai anak kandung mendiang—Efendi Widjaja dan Budi Widjaja—melalui kuasa hukum mereka, kembali melayangkan somasi. Surat kedua bernomor 018/NPLO-Sm/V1/2025 itu dilayangkan oleh Kantor Hukum Nahak & Partners, dan menuntut satu hal: transparansi total.

“Klien kami sama sekali tak pernah dilibatkan dalam proses pembagian harta warisan. Tidak ada informasi, tidak ada undangan, bahkan tidak ada komunikasi,” ujar Agustinus Nahak, pengacara dari kedua penggugat, dalam konferensi pers yang digelar Sabtu siang, 26 Juli 2025, di Jakarta. Suaranya tegas. Nadanya tajam. Dan kalimatnya menabrak keheningan para pelaksana wasiat yang hingga kini memilih bungkam.

Somasi kedua ini, kata Agustinus, adalah bentuk keputusasaan yang terukur. Somasi pertama yang dilayangkan sebelumnya, menurut dia, tidak digubris. Tak ada itikad baik, tak ada klarifikasi. Dan karena itu, ia mengklaim, kecurigaan menjadi sah: bahwa ada upaya untuk menyembunyikan sesuatu dari kliennya—dua pria yang merasa telah dibuang dari meja warisan keluarga sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lebih jauh, Agustinus menyatakan keraguan serius terhadap keabsahan Akta Wasiat Nomor 60 Tahun 2008—dokumen yang kini dijadikan dasar hukum dalam pembagian warisan mendiang Eka Tjipta. Akta itu, menurut dia, bertentangan dengan Akta Wasiat 1994 yang lebih dulu dibuat. Ia menuding bahwa wasiat 2008 kemungkinan disusun saat kondisi kesehatan almarhum sudah menurun drastis. “Ada potensi penyalahgunaan kondisi, bahkan manipulasi,” ujarnya.

Isi somasi kali ini bukan main. Kuasa hukum Efendi dan Budi mendesak agar seluruh daftar aset peninggalan almarhum segera dibuka secara utuh. Tak hanya itu, mereka juga menuntut salinan dari seluruh akta legal terkait, serta rincian pengelolaan warisan sejak Eka Tjipta wafat. “Pengalihan aset yang diduga janggal harus dihentikan sekarang juga,” ujar Agustinus. “Dan semua ahli waris sah harus dilibatkan. Bukan dikesampingkan.”

Tenggat waktu 14 hari diberikan dalam surat resmi. Tapi dalam konferensi persnya, Agustinus memberi nada ultimatum: jawaban harus datang hari ini juga. Jika tidak, pihaknya akan menempuh jalur hukum secara agresif. Itu termasuk gugatan perdata dan pidana, pelaporan dugaan pemalsuan akta, serta indikasi penggelapan aset ke aparat penegak hukum. Tak berhenti di situ, audit menyeluruh terhadap seluruh entitas bisnis di bawah naungan Sinarmas Group juga tengah dipertimbangkan. Artinya: gurita bisnis milik keluarga Widjaja akan disorot sampai ke akarnya.

“Yang kami kejar bukan hanya hak waris. Tapi keadilan,” tegas Agustinus.

Hingga kini, pihak pelaksana wasiat maupun keluarga inti Widjaja belum memberikan tanggapan terbuka atas somasi kedua ini. Diam mereka justru mempertebal kabut yang menggantung di atas pusaka kekuasaan keluarga pengusaha besar itu.

Sengketa ini bukan sekadar pertikaian antar anggota keluarga. Ini adalah babak baru dalam sejarah panjang perebutan kekuasaan di balik layar konglomerasi. Warisan Eka Tjipta Widjaja, yang diyakini bernilai triliunan rupiah dan menjangkau sektor kelapa sawit, keuangan, properti, hingga teknologi, kini berada dalam pusaran konflik hukum yang sewaktu-waktu bisa meledak.

Dan ledakan itu, bisa saja terjadi di ruang sidang, atau di ruang-ruang kepercayaan publik yang semakin menipis terhadap para pemilik modal.

: TIM NPLO

Berita Terkait

Kami Yakin Yang Memfitnah Kepala BGN Tidak Mempunyai Bukti Isu Titik Dapur BGN
Raja Tramadol dan Eximer, Bos Odi Dalang Racun Generasi: Jual Obat Daftar G ilegal Berkedok Konter Pulsa
Stop Jangan Mudah Terprovokasi, Tangkap Penyebar Fitnah Keji Terhadap Kepala BGN
LAKSI Mengecam Ujaran Kebencian dan Fitnah Keji Terhadap Kepala BGN
Rakyat Mengecam Pemberitaan Miring Media Asing Pada Hut TNI ke-80 di Monas
Polisi Temukan Sejumlah Anak Terpisah dari Keluarga Saat HUT ke-80 TNI di Monas
SWI Tegaskan Kebebasan Pers Bukan Monopoli: Tolak Narasi Wajib Kerja Sama dengan PWI
Menjual Donat, Sergio Pilih Jalan Halal Tanpa Korupsi

Berita Terkait

Rabu, 15 Oktober 2025 - 13:09 WIB

Perkuat Binter, Babinsa Koramil 1411-05/Bontobahari Gandeng Komduk Gelar Patroli Malam

Rabu, 15 Oktober 2025 - 09:17 WIB

Dua Advokat dan Rekan Media Ngopi Bareng di Warkop Icil Depan Stadion Bulukumba: Hangatkan Silaturahmi dan Pererat Sinergitas

Rabu, 15 Oktober 2025 - 09:06 WIB

Dua Advokat dan Rekan Media Ngopi Bareng di Warkop Icil Depan Stadion Bulukumba: Hangatkan Silaturahmi dan Pererat Sinergitas

Rabu, 15 Oktober 2025 - 01:03 WIB

Koramil 1411-02/Blkp Gelar Karya Bakti Bersama Warga di Dusun Pangi-Pangi, Desa Swatani

Selasa, 14 Oktober 2025 - 17:32 WIB

Indonesia CX Week 2025: Mendorong Peningkatan Bisnis Lewat Layanan Berkelas Dunia

Selasa, 14 Oktober 2025 - 11:32 WIB

Dari Aktivis Menjadi Wakil Rakyat Jakarta

Selasa, 14 Oktober 2025 - 11:13 WIB

Josephine Simanjuntak Dukung Bansos-Bansos Esensial Tidak Ikut Dipotong Imbas Pemangkasan RAPBD TA 2026 setelah DBH Dikurangi Pusat

Selasa, 14 Oktober 2025 - 07:29 WIB

Dianggarkan APBN, Pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih Bentenge Dimulai

Berita Terbaru