Anak Berhadapan Dengan Hukum Makin Ramai, Sinyal Bahaya

baraNews

Sabtu, 26 Juli 2025 - 03:19 WIB

50275 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Desi Nofianti, S.Pd (Pendidik)

Dinas Sosial (Dinsos) Kota Balikpapan memperkuat upaya pencegahan terhadap meningkatnya kasus anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) melalui peningkatan sosialisasi kepada masyarakat. Hingga pertengahan 2025, sekitar 200 kasus telah dilaporkan. Kepala Dinsos Balikpapan, Edy Gunawan, menyebutkan jumlah ini memang menurun dibanding tahun sebelumnya, tetapi angka tersebut masih tergolong tinggi dan berpotensi bertambah, terutama jika pengawasan keluarga terhadap anak masih minim. Ia menekankan pentingnya peran keluarga dalam pengawasan dan pembinaan anak. Faktor lingkungan dan pola asuh keluarga disebut sangat mempengaruhi perilaku anak.

Anak adalah hasil cinta kasih orang tua. Namun kini, dunia mereka bukan lagi sekadar bermain, bersenda gurau, dan bergembira. Banyak anak justru harus menghadapi meja hukum. Hal ini terjadi karena peran agama dan nilai moral semakin tersingkir. Fatwa, amar makruf nahi mungkar dianggap tabu dan bertentangan dengan hak asasi manusia. Akibatnya, masyarakat—termasuk anak-anak—kian rentan terseret ke dalam pusaran kriminalitas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peran orang tua semakin berat. Ibu terpaksa bekerja karena tekanan ekonomi yang terus menanjak, dan ayah kesulitan mendapat pekerjaan tanpa dukungan dari lingkungan maupun negara. Akar masalah ini terletak pada sistem sekuler demokrasi kapitalisme yang diterapkan di semua lini kehidupan. Sistem ini mencengkeram sendi-sendi ekonomi, menciptakan kemiskinan struktural, dan menuhankan materi sebagai tolok ukur kebahagiaan. Sekulerisme yang berasal dari Barat, terutama Prancis, telah menjauhkan masyarakat dari agama—cukup untuk ibadah, tapi tidak untuk sosial, politik, dan ekonomi.

Akibatnya, anak-anak yang seharusnya tumbuh dalam kehangatan keluarga, kini teralihkan oleh dunia digital dan game-game kekerasan. Orang tua sibuk dengan dunia mereka sendiri, sementara anak-anak larut dalam dunia maya yang menanamkan pola pikir instan dan perilaku menyimpang. Negara pun abai, menyerahkan pengawasan digital sepenuhnya kepada orang tua dan sekolah, tanpa regulasi memadai. Sekularisme mereduksi agama menjadi urusan pribadi semata, dan moderasi agama justru membingkai pemuda berpenampilan Islami sebagai kuno atau ekstrem. Media sosial dipenuhi buzzer yang membentuk opini tanpa tolak ukur kebenaran, menciptakan kekacauan dalam berpikir dan bersikap.

Dalam Islam, status anak ditentukan secara jelas: ketika baligh—ditandai mimpi basah pada laki-laki dan menstruasi pada perempuan—mereka sudah dikenakan taklif hukum. Peran orang tua dalam Islam sangat besar, didukung oleh negara yang wajib menciptakan lapangan kerja bagi laki-laki dan membina perempuan agar siap menjadi ibu sekaligus pendidik generasi. Sekolah dalam sistem Islam juga dirancang membentuk kepribadian anak yang takut kepada Allah, bukan sekadar mengejar nilai akademik.

Islam mencetak generasi saleh yang menjauhi maksiat dan kriminalitas. Rasulullah saw., saat diangkat menjadi nabi di usia 40 tahun, dikelilingi oleh para pemuda dan remaja. Mereka dibina setiap hari di rumah Al-Arqam bin Abi Arqam. Di antaranya: Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam (8 tahun), Thalhah bin Ubaidillah (11), Arqam bin Abil Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (14), Saad bin Abi Waqas (17), Ja’far bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah dan Utsman bin Affan (20), Mush’ab bin Umair (24), Umar bin Khaththab (26), hingga Abu Bakar ash-Shiddiq (37), dan Hamzah bin Abdul Muthallib (42).

Usamah bin Zaid, saat usia 18 tahun, diangkat Rasulullah saw. sebagai komandan pasukan dalam penyerangan ke Syam melawan Romawi, padahal pasukannya termasuk sahabat senior seperti Abu Bakar dan Umar.

Abdullah bin Umar telah meminta ikut berperang sejak usia 13 tahun. Meski sempat ditolak dalam Perang Badar, ia kemudian diizinkan ikut dalam Perang Ahzab.

Sebuah kisah mencengangkan datang dari Perang Badar. Abdurrahman bin Auf menceritakan, ia berdiri di antara dua pemuda Anshar belia yang penuh semangat jihad. Keduanya bertanya padanya, “Paman, mana Abu Jahal?” Setelah ditunjukkan, mereka langsung menyerang dan membunuhnya tanpa ragu. Kedua pemuda itu adalah Muadz bin Afra dan Muadz bin Al-Jamuh—simbol keberanian dan kecintaan pada Islam.

Imam Syafi’i bahkan telah hafal Al-Qur’an di usia 9 tahun, dan mulai dimintai fatwa saat berumur 13 tahun. Usamah bin Zaid memimpin pasukan perang di usia 18 tahun. Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam sudah terjun membela Islam sejak usia 8 tahun. Lalu, bagaimana dengan pemuda hari ini yang berusia 8 hingga 18 tahun? Tak sedikit yang malah tawuran, pamer gaya di medsos, hidup hedon, bahkan kriminal.

Generasi Islam yang kokoh hanya dapat lahir dari bingkai takwa, bukan dari sistem kapitalis-sekuler yang merusak akidah dan akhlak. Generasi inilah yang akan menjadi ilmuwan sejati, penakluk persoalan hidup, dan pelanjut kejayaan Islam. Semua itu hanya akan terwujud dalam sistem Islam yang utuh dalam naungan peradaban Islam. (*)

Berita Terkait

SWI Tegaskan Kebebasan Pers Bukan Monopoli: Tolak Narasi Wajib Kerja Sama dengan PWI
Negeri Merdeka, Anak Rakyat Sulit Sekolah
Krisis Tenaga Kerja dan Kegagalan Kapitalisme Mewujudkan Kesejahteraan
Pajak : Instrumen Kapitalisme untuk Bertahan dengan Mengorbankan Rakyat
Mampukah Kampung Tangguh Mencegah Narkoba di IKN?
Kapitalisme dan Pajak yang Mencekik, Siapa Sebenarnya yang Diuntungkan?
Sekolah Kurang Peserta Didik, Islam Punya Solusi
Islam Mampu Menuntaskan Permasalahan Stunting

Berita Terkait

Rabu, 15 Oktober 2025 - 13:09 WIB

Perkuat Binter, Babinsa Koramil 1411-05/Bontobahari Gandeng Komduk Gelar Patroli Malam

Rabu, 15 Oktober 2025 - 09:17 WIB

Dua Advokat dan Rekan Media Ngopi Bareng di Warkop Icil Depan Stadion Bulukumba: Hangatkan Silaturahmi dan Pererat Sinergitas

Rabu, 15 Oktober 2025 - 09:06 WIB

Dua Advokat dan Rekan Media Ngopi Bareng di Warkop Icil Depan Stadion Bulukumba: Hangatkan Silaturahmi dan Pererat Sinergitas

Rabu, 15 Oktober 2025 - 01:03 WIB

Koramil 1411-02/Blkp Gelar Karya Bakti Bersama Warga di Dusun Pangi-Pangi, Desa Swatani

Selasa, 14 Oktober 2025 - 17:32 WIB

Indonesia CX Week 2025: Mendorong Peningkatan Bisnis Lewat Layanan Berkelas Dunia

Selasa, 14 Oktober 2025 - 11:32 WIB

Dari Aktivis Menjadi Wakil Rakyat Jakarta

Selasa, 14 Oktober 2025 - 11:13 WIB

Josephine Simanjuntak Dukung Bansos-Bansos Esensial Tidak Ikut Dipotong Imbas Pemangkasan RAPBD TA 2026 setelah DBH Dikurangi Pusat

Selasa, 14 Oktober 2025 - 07:29 WIB

Dianggarkan APBN, Pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih Bentenge Dimulai

Berita Terbaru