Penulis : Dinda Rosanti Salsa Bela, S.IP., M.I.P (Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Jambi)
Pemilihan Ketua RT (Rukun Tetangga) serentak yang baru saja dilaksanakan di Kota Jambi, hanya beberapa bulan setelah pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota yang baru, merupakan peristiwa penting yang patut diapresiasi dari perspektif demokrasi. Fenomena ini tidak hanya menjadi rutinitas administratif di tingkat lokal, tetapi juga menandai hidupnya demokrasi di level akar rumput, di mana partisipasi masyarakat menjadi fondasi utama dalam tata kelola pemerintahan yang inklusif dan partisipatif.
Demokrasi Tidak Hanya Milik Elit
Seringkali, demokrasi dipahami sebatas pada peristiwa-peristiwa besar seperti pemilihan presiden, pemilihan legislatif, atau pemilihan kepala daerah. Padahal, esensi demokrasi sejati justru terletak pada bagaimana masyarakat diberi ruang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan mereka sehari-hari, termasuk di lingkungan terkecil seperti RT. Pemilihan Ketua RT di Kota Jambi ini menjadi bukti nyata bahwa demokrasi tidak hanya milik elit politik, melainkan milik seluruh warga, tanpa memandang strata sosial atau ekonomi.
Partisipasi Masyarakat yang Luar Biasa
Data menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam Pilkate serentak di Kota Jambi mencapai angka yang sangat mengesankan, yakni 99,5 persen dari jumlah pemilih. Dari total 1.650 RT, sebanyak 1.299 RT telah melaksanakan pemilihan, dengan 1.977 calon ketua RT yang berpartisipasi, bahkan 703 di antaranya merupakan calon tunggal. Proses pemilihan ini dibagi dalam beberapa sesi, mulai dari pagi, siang, hingga malam hari, guna memastikan semua warga memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi.
Angka partisipasi ini bukan hanya statistik, melainkan cerminan tingginya kesadaran politik masyarakat di tingkat akar rumput. Hal ini menegaskan bahwa warga Kota Jambi memiliki kepedulian dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya, serta percaya bahwa suara mereka memiliki arti dalam menentukan arah kepemimpinan di lingkungan tempat tinggal mereka.
Musyawarah Mufakat: Kearifan Lokal dalam Demokrasi
Menariknya, selain melalui pemungutan suara langsung, terdapat 667 RT yang memilih ketua melalui mekanisme musyawarah mufakat. Ini menunjukkan bahwa demokrasi di tingkat lokal tidak selalu identik dengan kompetisi keras, tetapi juga dapat dijalankan melalui mekanisme deliberatif yang mengedepankan musyawarah dan mufakat, sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal yang hidup di tengah masyarakat Indonesia.
Konsolidasi Demokrasi Pasca Pilkada
Pilkate serentak ini juga menjadi momentum penting dalam konsolidasi demokrasi di Kota Jambi, terutama setelah dilantiknya Wali Kota dan Wakil Wali Kota yang baru, Maulana dan Diza Hazra Aljosha, pada Februari 2025. Kepemimpinan baru di tingkat kota yang diikuti dengan pembaruan kepemimpinan di tingkat RT menunjukkan adanya kesinambungan dalam proses demokratisasi, dari level makro hingga mikro. Hal ini memperkuat legitimasi pemerintahan, baik di tingkat kota maupun di lingkungan RT, karena keduanya sama-sama lahir dari proses pemilihan yang demokratis.
Demokrasi Akar Rumput: Pilar Ketahanan Sosial dan Politik
Pengalaman di Kota Jambi ini sejalan dengan temuan berbagai studi yang menegaskan bahwa demokrasi di Indonesia telah tumbuh dan berkembang di tingkat akar rumput, terutama di desa dan lingkungan permukiman. Demokrasi lokal yang hidup dan dinamis menjadi pilar penting dalam memperkuat ketahanan sosial dan politik bangsa. Partisipasi warga dalam Pilkate tidak hanya berfungsi sebagai sarana memilih pemimpin, tetapi juga sebagai wahana pembelajaran politik, penguatan solidaritas sosial, dan pembentukan budaya politik yang demokratis.
Namun, sebagaimana diungkapkan dalam studi tentang demokrasi lokal, tantangan tetap ada, seperti inkonsistensi pilihan politik yang sering dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi pribadi atau moral ekonomi terhadap kandidat tertentu. Selain itu, dominasi eksekutif lokal atas lembaga perwakilan juga masih menjadi pekerjaan rumah dalam mewujudkan demokrasi yang lebih substantif. Oleh karena itu, proses demokratisasi di tingkat akar rumput harus terus didorong, tidak hanya melalui mekanisme elektoral, tetapi juga melalui penguatan budaya demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
Merawat Demokrasi dari Bawah
Pemilihan Ketua RT serentak di Kota Jambi adalah cermin keberhasilan demokrasi yang tumbuh dari bawah. Tingginya partisipasi masyarakat, keberagaman mekanisme pemilihan, serta kesinambungan antara kepemimpinan kota dan lingkungan menjadi modal sosial yang sangat berharga bagi kemajuan demokrasi di Indonesia. Tugas kita sebagai akademisi, praktisi, dan warga negara adalah terus merawat dan memperkuat demokrasi ini, agar tidak hanya menjadi slogan, tetapi benar-benar menjadi sistem kehidupan bersama yang adil, inklusif, dan berkeadaban.
Dengan demikian, Pilkate di Kota Jambi tidak sekadar memilih siapa yang akan memimpin RT, tetapi juga menjadi laboratorium demokrasi yang memperlihatkan betapa pentingnya peran masyarakat dalam menentukan arah dan masa depan kehidupan bersama, mulai dari lingkungan terkecil hingga tingkat nasional