Tradisi Mudik Produk Budaya Masyarakat Urban

baraNews

Rabu, 26 Maret 2025 - 19:19 WIB

50192 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jacob Ereste :

Tradisi mudik pada hari raya keagamaan, merupakan produk budaya masyarakat urban dari suatu desa atau daerah ke daerah lain atau yang umumnya berada di kota besar untuk menjenguk keluarga dan sanak familinya yang masih setia menunggu kampung halaman atau tempat berkumpul awal dari keluarga besar sebelumnya di tempat tersebut.

Fenomena urbanisasi ini — masyarakat desa atau daerah yang umumnya bermukim di kota–kota besar, tidak hanya menandai banyaknya warga desa atau masyarakat daerah yang meninggalkan desa atau daerahnya untuk mencari nafkah di kota, tetapi juga menandai tiadanya pekerjaan di desa atau di daerah yang tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya atau bersama keluarganya yang ikut serta pindah ke kota. Meski kondisi ekonomi dari pekerjaan yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan untuk dirinya maupun bersama keluarga, tidak juga dapat memenuhi hasrat yang diidealkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun peluang kerja secara serabutan memberi banyak peluang untuk dilakukan, tidak seperti yang dapat diperoleh di desa atau daerah yang terpaksa ditinggalkan itu.

Dari sisi yang lain, memang jelas di desa atau daerah asal yang bersangkutan tidak memberi banyak peluang untuk dijadikan tumpuan hidup, sehingga pilihan terbaik adalah melakukan urbanisasi yang berujung merananya desa atau daerah asal sang urbanisasi semakin mengukuhkan kondisi kemiskinan, lantaran tidak sedikit sumber daya alam setempat semakin tidak dapat maksimal untuk dimanfaatkan. Atau bahkan, tidak sedikit yang berpindah tangan kepada kaum urban dari daerah lain yang mampu memanfaatkan peluang dan kesempatan di daerah tersebut.

Secara sosiologis, perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain memang akan membuat pergerakan yang dinamis semakin bertumbuh dan berkembang lantaran pengaruh psikologis untuk lebih gigih dan kuat berjuang untuk hidup lebih baik — yang dirasa lebih bebas dan merdeka — karena untuk meraih kesuksesan seperti terlepas dari berbagai beban — karena relatif tidak lagi memiliki rasa sefan dan sungkan — untuk melakukan pekerjaan apa saja bentuknya, sebab yang utama ialah hasil Raihan yang maksimal dapat dicapai. Karena itu pun sifat dan sikap materialistik jadi cenderung menguat dan mewarnai cara dan pola hidup mewah sebagai takaran umum dari apa yang dipahami sebagai kesuksesan. Meski begitu, tetap saja ada sedikit diantaranya yang idealis untuk tidak menempatkan keberhasilan secara material, tetapi lebih mengedepankan bagi hal-hal bersifat intelektual atau bahkan spiritual wujudnya.

Demikian juga untuk kaum muda di desa atau di daerah, lebih yakin dan percaya untuk lebih maju — utamanya untuk memperoleh kualitas pendidikan yang baik dan unggul — lebih memiliki peluang bisa diperoleh dari pendidikan yang ada di kota besar hingga di negara maju yang terkemuka di dunia.

Jadi warna pemudik pada waktu-waktu tertentu dalam arus yang sangat besar, juga cukup dominan diwarnai oleh para pelajar serta mahasiswa yang sedang menempuh studi dalam berbagai bidang maupun tingkat. Hanya saja sayangnya, setelah lulus pun dari lembaga pendidikan formal itu, sangat dominan yang enggan untuk kembali hidup dan menetap di tempat asalnya. Jadi mereka ini pula — setelah menyelesaikan studinya dan mendapat pekerjaan di kota karena enggan bekerja di desa atau di tempat asalnya — kini ikut menyemarakkan acara pulang mudik pada saat hari raya keagamaan, seperti Idul Fitri tahun ini.

 

Jakarta, 26 Maret 2025

Berita Terkait

SWI Tegaskan Kebebasan Pers Bukan Monopoli: Tolak Narasi Wajib Kerja Sama dengan PWI
Negeri Merdeka, Anak Rakyat Sulit Sekolah
Krisis Tenaga Kerja dan Kegagalan Kapitalisme Mewujudkan Kesejahteraan
Pajak : Instrumen Kapitalisme untuk Bertahan dengan Mengorbankan Rakyat
Mampukah Kampung Tangguh Mencegah Narkoba di IKN?
Kapitalisme dan Pajak yang Mencekik, Siapa Sebenarnya yang Diuntungkan?
Anak Berhadapan Dengan Hukum Makin Ramai, Sinyal Bahaya
Sekolah Kurang Peserta Didik, Islam Punya Solusi

Berita Terkait

Rabu, 15 Oktober 2025 - 09:17 WIB

Dua Advokat dan Rekan Media Ngopi Bareng di Warkop Icil Depan Stadion Bulukumba: Hangatkan Silaturahmi dan Pererat Sinergitas

Rabu, 15 Oktober 2025 - 09:06 WIB

Dua Advokat dan Rekan Media Ngopi Bareng di Warkop Icil Depan Stadion Bulukumba: Hangatkan Silaturahmi dan Pererat Sinergitas

Rabu, 15 Oktober 2025 - 01:03 WIB

Koramil 1411-02/Blkp Gelar Karya Bakti Bersama Warga di Dusun Pangi-Pangi, Desa Swatani

Selasa, 14 Oktober 2025 - 17:32 WIB

Indonesia CX Week 2025: Mendorong Peningkatan Bisnis Lewat Layanan Berkelas Dunia

Selasa, 14 Oktober 2025 - 13:09 WIB

TNI dan Komduk Solid Jaga Kondusivitas Bulukumba, Gelar Patroli Gabungan di Ujung Bulu

Selasa, 14 Oktober 2025 - 11:13 WIB

Josephine Simanjuntak Dukung Bansos-Bansos Esensial Tidak Ikut Dipotong Imbas Pemangkasan RAPBD TA 2026 setelah DBH Dikurangi Pusat

Selasa, 14 Oktober 2025 - 07:29 WIB

Dianggarkan APBN, Pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih Bentenge Dimulai

Selasa, 14 Oktober 2025 - 02:14 WIB

Babinsa Kelurahan Mariorennu Gelar Karya Bakti Bersihkan Saluran Air di Lingkungan Kalamassang

Berita Terbaru