Liqo Muharram Mubalighoh: Perempuan di Garda Depan Dakwah Islam Kaffah

baraNews

Jumat, 25 Juli 2025 - 10:37 WIB

50178 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Samarinda — Lebih dari seratus lima puluh mubalighoh dari berbagai kota dan pelosok Kalimantan Timur berkumpul dalam sebuah pertemuan akbar bertajuk Liqo Muharram Mubalighoh, yang digelar di Kota Samarinda, 13 Juli 2025. Dengan mengusung tema “Saatnya Mubalighoh Berjuang Menegakkan Islam Kaffah”, acara ini menjadi momen konsolidasi penting bagi para dai perempuan dalam menghadapi tantangan zaman dan mempertegas peran strategis mereka sebagai penjaga ajaran Islam di tengah derasnya arus sekularisasi dan tekanan global terhadap umat Muslim.

Pembukaan acara berlangsung dalam suasana khidmat. Suryani Rahmah selaku pembawa acara memandu jalannya kegiatan yang dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ustadzah Sakinah. Kehadiran para mubalighoh dari berbagai latar daerah menciptakan atmosfer semangat dan kekuatan kolektif, menunjukkan betapa urgensi perjuangan penegakan Islam secara menyeluruh bukan hanya wacana, melainkan panggilan yang nyata dan mendesak. Di hadapan para peserta yang memenuhi aula kegiatan, Ustadzah Hj. Dinnar Susanti sebagai pembicara utama menyampaikan pesan pembuka yang menggetarkan. Ia menegaskan bahwa umat Islam kini berada dalam kondisi kritis, baik akibat kerusakan moral di dalam negeri, maupun penderitaan saudara seiman di Gaza dan wilayah-wilayah konflik lainnya. Semua itu, menurutnya, adalah sinyal bahwa kebangkitan Islam tidak bisa lagi ditunda. “Kita harus menjadikan Islam kaffah sebagai arah perjuangan, bukan hanya dalam retorika, tetapi dalam tindakan nyata yang terorganisir,” katanya.

Dalam sesi materi, Ustadzah Yulita Andriani mengupas akar persoalan umat dari sudut pandang wahyu. Ia merujuk Al-Baqarah ayat 120 sebagai pengingat bahwa permusuhan terhadap Islam bukanlah fenomena baru, melainkan bagian dari sejarah panjang konfrontasi ideologis yang akan terus berlangsung hingga akhir zaman. Ia menyebutkan bahwa tumbangnya Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924 menjadi titik balik kemunduran politik umat Islam, yang sejak saat itu tercerai-berai dan tak memiliki pelindung institusional yang sah. Ia juga mengkritisi agenda deradikalisasi yang menurutnya kerap dijadikan alat untuk membungkam narasi perjuangan Islam yang hakiki. Di tengah kondisi tersebut, ia menyerukan kepada para mubalighoh untuk tidak terjebak dalam wacana Barat yang melemahkan dan memecah belah umat, melainkan tetap berpegang teguh pada perintah Allah untuk berpegang pada tali agama secara kolektif dan menjauhi perpecahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara itu, Ustadzah Ima Rofah dalam paparannya menyoroti dampak sistem sekuler terhadap kondisi sosial dan ekonomi umat. Ia menyebut bahwa menjauhkan agama dari kehidupan telah menyebabkan kerusakan multidimensi yang tidak hanya tampak pada permukaan, tetapi juga mengakar dalam struktur kehidupan masyarakat. Ia mengutip QS Ar-Rum dan QS Ar-Ra’d untuk menegaskan bahwa kerusakan di darat dan laut adalah akibat dari ulah manusia yang menjauhkan diri dari aturan Ilahi. Menurutnya, negara kini hanya berperan sebagai pengatur pasar, bukan pelindung umat. Kekayaan alam dikuasai swasta dan asing, sementara umat ditinggalkan dalam kesenjangan dan penderitaan. Dalam kerangka itu, ia menyampaikan bahwa hanya dengan menerapkan Islam kaffah dalam sistem pemerintahan Islam—yakni Khilafah—umat bisa kembali pada keadilan, kesejahteraan, dan keberkahan. Ia menegaskan, agama bukan sekadar ritual, tetapi sistem hidup yang harus dijaga oleh institusi politik yang sah dalam Islam. “Agama adalah fondasi, Khilafah adalah pelindungnya,” ujar Ima Rofah dengan lantang.

Pemaparan berikutnya disampaikan oleh Ustadzah Nabila Asy Syafi’i, yang memberikan perspektif spiritual dan filosofis mengenai peran mubalighoh dalam menjaga cahaya Islam. Dengan menggunakan metafora tentang malam yang diterangi bintang, ia menggambarkan bahwa para ulama dan dai adalah petunjuk umat di tengah kegelapan zaman. Ia mengingatkan bahwa dakwah tidak berhenti pada ranah ibadah dan akhlak semata, tetapi harus menjangkau sistem sosial, ekonomi, politik, hingga kebijakan luar negeri dalam perspektif Islam. Ia mengajak para mubalighoh untuk menjadi agen perubahan sosial, membina masyarakat agar melek politik Islam, dan menyiapkan umat untuk kembali hidup dalam sistem yang diridhai Allah SWT. Ia menekankan pentingnya menjadi pelaku perubahan, bukan hanya penyampai pesan. Perjuangan itu, menurutnya, harus dilandasi ilmu, kesabaran, dan keteguhan menghadapi tantangan eksternal maupun internal.

Antusiasme para peserta tidak berhenti pada sesi ceramah. Dalam sesi tanya jawab, banyak mubalighoh yang mengungkapkan tekad untuk membawa materi Liqo ke komunitas masing-masing. Dari Paser Belengkong, seorang mubalighoh menyampaikan bahwa ia membina tiga belas majelis taklim dengan sekitar enam ratus jamaah, dan menyatakan siap menyebarluaskan pemikiran Islam kaffah di tengah masyarakat. Peserta dari Balikpapan menceritakan pengalamannya berdakwah di kalangan pengusaha lintas daerah dan negara, sementara dari Kutai Timur, seorang peserta menyatakan tak gentar menghadapi tekanan dan narasi deradikalisasi yang menghambat dakwah. “Derasnya arus deradikalisasi tidak menyurutkan semangat kami. Justru kami semakin yakin bahwa Islam kaffah adalah satu-satunya solusi bagi umat ini,” tegas seorang mubalighoh dari Sangatta.

Menjelang akhir acara, suasana aula dipenuhi semangat baru. Para peserta tampak semakin solid dan penuh tekad untuk melanjutkan perjuangan. Host menutup acara dengan pesan yang membekas: bahwa pertemuan ini bukan hanya rutinitas tahunan, tetapi sebuah permulaan dari jihad intelektual, sosial, dan spiritual yang berakar pada nilai-nilai kenabian. Doa-doa dipanjatkan, harapan disatukan, dan janji perjuangan diteguhkan kembali. Semua bermuara pada satu tujuan besar: tegaknya syariat Islam secara kaffah dalam bingkai institusi yang shahih, demi rahmat bagi seluruh alam. (*)

Berita Terkait

Warga Desa Torete Hentikan Aktivitas PT TAS, Protes Penggusuran Lahan Tanpa Izin
Sungai Bogali Tercemar Diduga Akibat Pengambilan Material Golongan C Ilegal
BPRN Pandai Sikek Ucapkan Terima Kasih kepada Bupati Eka Putra, SE., MM
Kepala Desa Bingung, Puskesmas Sodorkan Berkas: “Sapi Punya Susu, Kerbau Punya Nama”
Konflik Agraria di Torete, Masyarakat Layangkan Surat ke Mendagri RI
Pangdam XXIII/Palaka Wira: Palaka Wira Fest Bukti Kemanunggalan TNI dan Rakyat
Peduli Sesama, Lapas Pamekasan Hadirkan Aksi Nyata Pemasyarakatan Berdampak Lewat Baksos Sembako
Razia Gabungan di Lapas Pamekasan, Sinergi Aparat Tingkatkan Keamanan dan Ketertiban

Berita Terkait

Jumat, 17 Oktober 2025 - 00:47 WIB

Babinsa Tanah Kongkong dan Warga Gelar Karya Bakti Bersihkan Jalan Suprapto

Kamis, 16 Oktober 2025 - 13:47 WIB

Patroli Gabungan TNI–Komduk Wujudkan Penguatan Binter dan Mitigasi di Wilayah Koramil 1411-06/Bonto Tiro

Kamis, 16 Oktober 2025 - 12:24 WIB

PARVEZ VAPE STORE Hadir di Bulukumba: Surga Baru bagi Pecinta Vape di Jalan Samratulangi!”

Kamis, 16 Oktober 2025 - 05:48 WIB

Gerak Gerik Mencurigakan, IRT di Bulukumba Diamankan Polisi, Satu Saset diamankan.

Kamis, 16 Oktober 2025 - 00:50 WIB

Hanya Pondasi Yang Siap, Anggaran 200 Juta… Jembatan Penghubung Desa Bonto Marannu Desa Bontobarua, Kabupaten Bulukumba,Ada Apa???

Rabu, 15 Oktober 2025 - 09:17 WIB

Dua Advokat dan Rekan Media Ngopi Bareng di Warkop Icil Depan Stadion Bulukumba: Hangatkan Silaturahmi dan Pererat Sinergitas

Rabu, 15 Oktober 2025 - 09:06 WIB

Dua Advokat dan Rekan Media Ngopi Bareng di Warkop Icil Depan Stadion Bulukumba: Hangatkan Silaturahmi dan Pererat Sinergitas

Rabu, 15 Oktober 2025 - 01:03 WIB

Koramil 1411-02/Blkp Gelar Karya Bakti Bersama Warga di Dusun Pangi-Pangi, Desa Swatani

Berita Terbaru