Jakarta — Di tengah laju era digital yang semakin dinamis, tokoh pers nasional A.S. Agus Samudra, yang akrab disapa Agus Kliwir, kembali menegaskan pentingnya peran pers dalam menjaga integritas, netralitas, dan keberpihakan pada kebenaran. Dalam arahannya kepada para jurnalis di lingkungan PT. MNS Grub Pers dan PT. Sulthan Media Group Cyber (SMGC), Selasa, 22 Juli 2025, Agus Kliwir menyampaikan pesan mendalam mengenai tanggung jawab moral dan sosial yang melekat pada profesi wartawan.
Sebagai CEO dari dua perusahaan media tersebut, Agus Kliwir menekankan bahwa wartawan bukan hanya pencari berita, tetapi juga pendidik masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, wartawan diingatkan agar tetap teguh berpijak pada fakta dan selalu mengedepankan prinsip-prinsip yang tertuang dalam Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Menurutnya, keberanian menyuarakan kebenaran, dengan berlandaskan data yang valid dan narasumber yang dapat dipertanggungjawabkan, adalah esensi dari profesi jurnalistik yang merdeka.
“Jangan takut menyuarakan kebenaran. Selama data valid dan narasumber jelas, wartawan harus berdiri tegak pada fakta,” ujar Agus Kliwir dalam arahannya yang disampaikan secara langsung kepada jajaran redaksi dan jurnalis.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa kritik, saran, dan masukan dari pers kepada institusi seperti Polri, TNI, dan pemerintah adalah bagian integral dari proses demokrasi. Bagi Agus Kliwir, hubungan antara pers dan lembaga negara bukan semata relasi subjek dan objek, melainkan kemitraan strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kritik yang disampaikan pers, menurutnya, harus dilakukan secara santun, lugas, dan berdasarkan data yang akurat. Ia menyebutnya sebagai bagian dari kontribusi nyata untuk membangun bangsa yang lebih demokratis dan beradab.
Dalam konteks itu, Agus Kliwir juga menyoroti pentingnya menjaga netralitas dan independensi media. Ia mengingatkan agar media tidak terjebak dalam posisi sebagai corong kekuasaan, namun juga tidak menjadi alat untuk menyerang tanpa dasar. Media, kata dia, harus mampu menjaga jarak yang sehat, berdiri di tengah sebagai pengawal kebijakan publik tanpa kehilangan daya kritisnya.
“Jangan jadi corong, tapi juga jangan jadi musuh. Wartawan harus tetap netral dan independen, mengawal program pemerintah agar tetap on the track,” tegasnya.
Penghargaan tinggi juga ia sampaikan kepada para jurnalis yang tetap menjalankan tugas di tengah berbagai tekanan, baik sosial maupun politis. Ia menyebut bahwa kerja jurnalistik adalah profesi yang sarat tantangan, sekaligus mulia karena turut membentuk opini publik dan menjadi penyeimbang informasi di tengah masyarakat.
Menjadi wartawan, dalam pandangan Agus Kliwir, adalah sebuah panggilan untuk menjaga nurani bangsa. Karena itu, ia terus mendorong para jurnalis untuk menjunjung tinggi integritas dan profesionalitas. Menurutnya, sinergi di dalam satu wadah media juga menjadi kunci penting dalam menjaga kualitas kerja jurnalistik. Ia mengajak semua pihak dalam organisasi medianya untuk saling mendukung, berbagi informasi yang kredibel, serta menjauhi praktik-praktik yang menciderai etika jurnalistik.
Arahan yang disampaikan Agus Kliwir tersebut mendapat sambutan positif dari para jurnalis dan staf redaksi. Mereka menilai bahwa gaya kepemimpinan Agus Kliwir yang tegas, namun membangun, memberi ruang bagi tumbuhnya jurnalisme yang beretika dan berpihak pada kebenaran.
“Agus Kliwir selalu mengingatkan kami untuk tidak menyimpang dari kode etik. Itu yang membuat kami terus belajar dan bekerja lebih hati-hati,” ujar seorang jurnalis senior PT. MNS Grub Pers usai pertemuan.
Dengan pesan yang konsisten dan keberpihakannya terhadap nilai-nilai jurnalisme yang profesional, Agus Kliwir meneguhkan kembali posisi pers sebagai penjaga nurani bangsa, yang senantiasa berdiri di garis depan dalam mengawal demokrasi, memperjuangkan keadilan, dan mencerdaskan publik melalui informasi yang jujur dan bertanggung jawab. (*)