Sanggau, Kalimantan Barat | Suasana malam Kamis di Dusun Sotok, Desa Sotok, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, terasa hangat dan khidmat. Mesjid Al-Hasanah yang terletak di RT 2 RW 01 kembali menjadi pusat kegiatan keagamaan warga, terutama kaum ibu yang rutin menggelar pengajian dan arisan malam Kamis.
Kegiatan yang telah menjadi bagian dari tradisi warga ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang pembinaan spiritual, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat ukhuwah islamiyah antarwarga desa. Dengan lampu mesjid yang menyala terang dan suara lantunan ayat suci mengalun, kegiatan tersebut membawa suasana damai dan penuh keberkahan di malam hari.
Seperti biasa, kegiatan diawali dengan arisan yang digelar sederhana namun penuh makna. Tercatat sebanyak 93 peserta turut ambil bagian dalam arisan rutin ini, dengan iuran masing-masing sebesar Rp 20.000. Proses pengocokan arisan berlangsung lancar, disaksikan oleh para peserta dengan antusiasme yang tinggi.
“Arisan bukan cuma urusan uang, tapi ini sarana untuk menjaga kebersamaan dan kehadiran dalam majelis ilmu. Karena dari sini, kita saling mengenal dan saling menguatkan,” ujar Ustadz Buyung, imam Mesjid Al-Hasanah, pada Kamis malam, 19 Juni 2025, sebelum memulai pengajian.
Pada kesempatan tersebut, pemenang arisan diumumkan, yaitu peserta dengan nomor 6 — yang tidak lain adalah Buyung sendiri. Tawa kecil dan tepuk tangan riuh mengiringi pengumuman tersebut, menambah kehangatan suasana sebelum acara dilanjutkan ke inti kegiatan: pengajian dan ceramah agama.
Pengajian dimulai dengan pembacaan Surah Yasin, surah ke-36 dalam Al-Qur’an, yang terdiri dari 83 ayat. Suara para jamaah ibu-ibu terdengar syahdu dan serempak memenuhi ruang utama mesjid. Kegiatan ini bukan hanya menjadi rutinitas spiritual, tetapi juga bentuk nyata upaya masyarakat untuk menjaga tradisi Islam dan memperkuat hubungan dengan Sang Khalik.
Setelah pembacaan Surah Yasin, tibalah momen yang paling dinanti: ceramah agama dari Ustadz Buyung, yang dikenal luas karena gaya ceramahnya yang bersahaja, penuh humor ringan, dan mengena di hati.
Ustadz Buyung, yang merupakan mantan pekerja proyek lapangan sebelum memilih jalan dakwah, memulai ceramahnya dengan sebuah peringatan penting: tentang godaan setan yang menyusup melalui sikap malas beribadah.
“Kalau ibu-ibu berat melangkah ke mesjid, padahal badan sehat dan waktu luang ada, itu artinya setan sedang beroperasi. Setan itu licik, ia membisikkan hal-hal kecil agar kita merasa enggan hadir. Misalnya, ‘Ah, malam ini pasti sepi’, atau ‘Sudah capek, nanti saja datangnya’. Nah, suara-suara itulah bentuk nyata godaan yang harus kita lawan,” ujar Ustadz Buyung dalam ceramah malam Kamis itu, 19 Juni 2025.
Ia juga sempat membagikan kisah hidupnya sebagai motivasi bagi jamaah. “Saya ini dulu kerja di lapangan, proyek sana-sini, hidup keras. Tapi akhirnya saya sadar, hanya dengan dekat kepada Allah-lah hidup ini jadi tenang. Bukan soal kaya atau miskin, tapi soal hati yang tenang. Dan sekarang saya bersyukur bisa jadi bagian dari keluarga besar Mesjid Al-Hasanah,” ungkapnya.
Menariknya, Ustadz Buyung juga mengungkapkan bahwa dirinya masih memiliki hubungan kekerabatan dengan pemilik Hotel Carano, yang terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani nomor 9, Kota Sanggau. Meski punya latar belakang keluarga yang cukup berada, ia memilih hidup sederhana dan fokus pada dakwah di tengah masyarakat pedesaan.
Dalam ceramahnya, Ustadz Buyung tak henti-hentinya mengajak jamaah untuk menangkal rasa malas sebagai bagian dari jihad melawan godaan setan.
“Jangan dikira setan itu datangnya pas kita marah saja. Kadang dia datang saat kita merasa malas, menyepelekan ibadah, merasa cukup hanya di rumah. Padahal satu langkah kita ke mesjid, itu sudah pahala besar. Apalagi berkumpul dalam majelis ilmu seperti ini, insyaAllah jadi bekal akhirat,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan bahwa berkumpul dalam pengajian adalah bentuk nyata dari istiqamah — keteguhan hati dalam ibadah. Di tengah berbagai tantangan hidup, kesibukan rumah tangga, dan tekanan ekonomi, tetap hadir di mesjid menunjukkan betapa besar nilai keimanan yang dipelihara para ibu-ibu Sotok.
Ceramah tersebut diakhiri dengan doa bersama, memohon ampunan, kelapangan rezeki, dan keteguhan iman bagi seluruh keluarga yang hadir. Doa juga dipanjatkan untuk kelancaran kegiatan arisan, keberkahan bagi seluruh anggota, serta kesehatan bagi seluruh warga Dusun Sotok.
Pengajian malam Kamis di Mesjid Al-Hasanah bukan sekadar rutinitas, tetapi menjadi benteng spiritual masyarakat desa di tengah arus kehidupan modern yang cepat dan kadang melalaikan. Melalui pengajian ini, nilai-nilai Islam tidak hanya ditanamkan, tetapi dipraktikkan dengan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Ustadz Buyung, dengan ceramah khasnya, telah berhasil menghidupkan semangat jamaah untuk terus menjaga hubungan dengan Allah SWT. Pesan utamanya malam itu sederhana namun dalam: “Jangan biarkan setan menang hanya karena kita malas melangkah ke mesjid.”
Dan dari Mesjid Al-Hasanah di pelosok Kalimantan Barat ini, semangat keislaman terus berkobar — ditopang oleh keteguhan hati para jamaah, keikhlasan para penggeraknya, dan sinergi antara dakwah dan persaudaraan. (*)
































