Oleh: Novi Noor (Aktivis Dakwah)
Hujan deras yang mengguyur Kota Balikpapan sejak Jumat lalu (7/3/2025) dini hari telah menyebabkan banjir di berbagai wilayah. Sedikitnya sembilan titik pemukiman tergenang dengan ketinggian air mencapai 140 cm, menyebabkan rumah warga terendam, perabotan rusak, serta aktivitas masyarakat terganggu. Selain itu, tanah longsor dan pohon tumbang semakin memperparah situasi.
Menanggapi kondisi ini, anggota DPRD Kota Balikpapan, H. La Isa Hamisah, menyoroti buruknya sistem drainase yang tidak mampu menampung volume air hujan. Faktor lain seperti kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan dan minimnya ruang terbuka hijau (RTH) juga berkontribusi terhadap banjir yang semakin parah dari tahun ke tahun.
Akibat dari Sistem Kapitalisme yang Merusak
Banjir yang terus terjadi di Balikpapan bukan sekadar masalah teknis drainase atau kesadaran masyarakat, melainkan merupakan dampak dari sistem kehidupan yang diterapkan saat ini. Kapitalisme liberal yang menitikberatkan pada eksploitasi sumber daya demi kepentingan ekonomi telah mengorbankan keseimbangan lingkungan. Lahan-lahan resapan air semakin berkurang akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan infrastruktur dan permukiman tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekosistem.
Kondisi ini tidak hanya terjadi di Balikpapan, tetapi juga di berbagai kota lain di Indonesia. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya teknis seperti perbaikan drainase dan normalisasi sungai, banjir tetap terjadi bahkan dengan dampak yang semakin besar. Ini menunjukkan bahwa solusi yang diterapkan masih bersifat parsial dan belum menyentuh akar masalah.
Islam Menawarkan Solusi Hakiki
Islam sebagai sistem kehidupan memiliki aturan yang memastikan keseimbangan alam dan kesejahteraan manusia. Dalam Islam, tata kelola lingkungan didasarkan pada prinsip keberlanjutan dan keadilan. Negara bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan ekosistem, termasuk mengatur tata ruang agar tidak merusak lahan resapan air dan memastikan pembangunan yang selaras dengan lingkungan.
Selain itu, Islam menanamkan kesadaran kepada individu untuk menjaga kebersihan dan tidak merusak alam. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jauhilah tiga perbuatan terlaknat: buang air di sumber air, di jalan, dan di tempat berteduh.” (HR. Abu Dawud)
Hadist ini menunjukkan bahwa Islam telah lama menekankan pentingnya kebersihan lingkungan, termasuk dalam pengelolaan sampah yang saat ini menjadi salah satu penyebab banjir.
Di bulan Ramadhan ini, bencana banjir yang terjadi hendaknya menjadi bahan muhasabah bagi kita semua. Sudah saatnya kita kembali kepada aturan Allah yang mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan lingkungan. Tanpa perubahan sistemik yang berbasis pada syariat Islam, banjir dan bencana lainnya akan terus berulang, semakin parah, dan membawa lebih banyak kerugian bagi masyarakat. Wallahu a’lam.